Saturday 29 November 2014

BIOGRAFI LENGKAP ALI BIN ABI THALIB PART II

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
setelah artikel yang sebelumnya berjudul
Biografi Lengkap Ali Bin Abi Thalib Part I
kami lanjutkan tentang pembahasan lengkap tentang :

BIOGRAFI LENGKAP ALI BIN ABI THALIB PART II



             Ali bin Abi Thalib juga dikenal dengan kecerdasanya dan menguasai banyak masalah keagamaan secara mendalam. Rasulullah saw. Pernah menggambarkan kedalaman ilmu Ali melalui sabdanya, “Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali pintu gerbangnya.” Oleh karena itulah, nasihat dan fatwanya selalu didengar para khalifah sebelumnya, Ia pun selalu di tempatkan pada jabatan sebagai qadhi atau Mufti.

            Ali ra. Dikenal sebagai wakil juru tulis, tempat penyimpan rahasia, dan kepercayaan Rasulullah saw. Ali juga dikenal sebagai sekretaris Rasulullah saw. dalam perjanjian Hudaibiyah.
BIOGRAFI LENGKAP ALI BIN ABI THALIB PART II

           Ketika Rasulullah saw. wafat, Ali menunggu jenazahnya dan mengurusi pemakamannya pula. Sementara sahabat-sahabat lainya sibuk memikirkan pengganti Rasulullah saw. Setelah Abu Bakar terpilih menjadi khalifah ia tidak segera membaiatnya. Ia baru membaiatnya setelah beberapa bulan kemudian.

           Setelah khalifah ketiga, Usman bin Affan wafat, Kaum Muslimin meminta kesediaan Ali untuk dibaiat menjadi khalifah. Kaum muslimin beranggapan bahwa Ali ra. Adalah orang yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman. Menanggapi permintaan rakyat banyak itu, Ali ra. Berkata, “ Urusan ini bukan urusan kalian. Ini adalah perkara yang teramat panting. Ini adalah urusan tokoh-tokoh Ahli Syu bersama pejuang perang badar”.

             Dalam suasana yang masih kacau, akhirnya Ali ra. dibaiat. Pembaiatan dimulai dari sahabat-sahabat besar yaitu, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash dan para sahabat lainya. Mereka yang telah membaiat Ali ra. Ini segera diikuti oleh rakyat banyak. Pembaiatannya pun dilakukan pada tanggal 25 Dzulhijah di Masjid Madinah seperti pembaiatan para khalifah pendahulunya.

             Setelah menjabat sebagai khalifah, kebijakan yang dijalankannya diantaranya adalah mengambil tanah-tanah yang tidak jelas kepemilikannya untuk kepentingan Negara, memberikan tunjangan dari Baitul Mal kepada kaum Muslimin secara merata, separti yang pernah dilakukan Abu Bakar, mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, dan meninggalkan kota Madinah untuk ,enjadikan kufah sebagai pusat pemerintahan.

               Masa kekhalifahan Ali ini menemui banyak kesulitan. Pada masa pemerintahannya itu banyak di warnai munculnya pemberontkan. Dalam menyelesaikan permasalahan pemberontak itu Ali berupaya menggunakan cara-cara damai. Tetapi upaya untuk menggunakan upaya damai menuai kegagalan. Sangat sulitnya keadaan pemerintahan Ali, sampai-sampai terjadi dua peperangan besar yang disebut dengan perang Shiffin. Tidak beda dengan khalifah sebelumnya, Usman bin Affan yang terbunuh oleh tangan-tangan pemberontak. Ali pun meninggal dunia di tangan pemberontak.

            Meskipun demikian, dalam kekhalifahannya, Ali ra. dikenal dengan sikap zuhud, belas kasih, wara dan suka mendermakan hartanya untuk umat islam secara merata dan adil. Dalam berderma itupun melalui pertimbangan yang benar.

           Pada suatu hari, Ali ra. memasuki baitul Mal (semacam kantor keuangan atau perbendaharaan). Di situ dia melihat emas dan perak. Lalu, Ali ra. berkata pada emas, “wahai yang memiliki kilauan kekuning-kuningan, tataplah dengan kekuning-kuninganmu! Wahaiyang memiliki keputih-putihan, tetaplah engkau dengan keputih-putihanmu “. Aku tidak akan tertipu dengan mu.

           Soal kepemimpinana, Ali bin Abi Thalib tidak pernah mendukung seseorang tertentu, tetapi selalau menyerahkan kepada tokoh-tokoh ahli Syura dan para pejuang perang Badar. Hal itu terlihat ketiaka dia diminta para sahabat untuk menduduki jabatan sebagai khalifah.

           Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan kita tentang alam kubur. Di ceritakan oleh Kumail ra. “Pada suatu hari, aku berjalan bersama Ali ra. tibalah kita melewati sebuah hutan. Ali ra. mendekati sebuah kuburan sambil berkata, wahai penghuni kubur, wahai penghuni tempat sunyi, wahai yang berbau busuk, wahai yang penuh ketakutan,. Bagaimanakah kabarmu?”.

            Kemudian ia berkata, “Adapun kabar kami disini, hartamu telah dibagi-bagikan, anak-anakmu telah menjadi yatim dan istri-istrimu telah menikah lagi. Inilah berita kami, seandainya  mereka boleh dan dapat berbicara. Mereka akan mengatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa”.

         Setelah berkata demikian ia menangis “Wahai Kumail, kubur adalah tempat penyimpana amal, dan kita akan mmenyadarinya setelah maut menjemput kita”’.

          Amal baik atau buruk seseorang akan tersimpan didalam kubur bagai tersimpan didalam kotak. Suatu ketika, Rasulullah saw. bertanya kepada salah seorang sahabatnya, “Tahukah kalian bagaimana perumpamaan kalian dengan anak saudara kalian, harta kalian dan amal perbuatan kalian?”.

            Rasulullah saw. bersabda “Perumpamaannya bagaikan seseorang yang memiliki tiga saudara. Menjelang kematiannya, ia memanggil saudara-saudaranya dan berkata, “Saudara-saudaraku, kalian telah mengetahui bagaimana keadaanku ini, maka bantuan apakah yang dapat kalian beriakn untuku?”.

           Saudaranya yang pertama menjawab, “Aku akan menyayangimu, aku akan mengobatimu dan aku akan melayani semua keperluan mu. Jika kamu meninggal dunia, aku akan memandikan mu, mengkafanimu dan menguburkanmu. Lalu akau akan senantiasa mengingat kebaikanmu”.

           Kemudian pertanyaan yang sama juga diajukan kepada saudaranya yang kedua, saudaranya yang kedua menjawab, “Aku akan selalu bersamamu selama aku masih hidup. Dan jika kamu telah meninggal dunia, aku akan pergi kepada yang lain”.

           Setelah itu saudara yang ketiganya pun diberi pertanyaan yang sama. Saudaranya yang ketiga pun menjawab, “Walaupun didalam kubur, aku akan selalu bersamamu. Akan kutenangkan hatimu ketika kamu akan di hisab, dan aku akan memberatkan timbangan amal baikmu”.

          “Dari ketiga saudara tersebut, saudara yang pertama adalah saudara dan keluarganya yang sebenarnya. Adapu saudara yang kedua adalah harta yang akan menemani ketika masih hidup. Saudara yang ketiga adalah amal saleh, yang menemani baik ketika masih hidup maupun sudah mati dan akan memberatkan timbangan amal baik”. Demikianlah sabda Rasulullah saw.

Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Sekarang sebutlah, manakah yang menjadi pilihanmu!”.
Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, tentu saudara yang terakhirlah itulah yang akan kami pilih”.
 Demikian tentang pembahasan Biografi Lengkap Ali Bin Abi Thalib,

Semoga Bermanfaat Khususnya bagi Saya dan Umumnya Bagi Kita Semua,
WASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

No comments:

Post a Comment